Mengenal
Manfaat dan Bahaya Metil Paraben pada Sediaan Farmasi
Oleh
: Suci Ardina Widyaningrum / C 2011 / 11/315926/FA/08752
Hampir setiap hari kita tidak bisa
terlepas dari berbagai macam sediaan farmasi, seperti obat-obatan, jamu,
kosmetik, shampoo, dan masih banyak yang lainnya. Sebagian besar dari produk
farmasi terutama obat-obatan dan kosmetik menggunakan bahan pengawet agar
produk dapat bertahan lama. Bahan pengawet yang digunakan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur pada sediaan tersebut. Apabila tidak digunakan
bahan pengawet maka bakteri apalagi jamur yang dapat tumbuh pada suhu ruangan
dapat berkembang biak pada sediaan kemudian dapat menghasilkan zat – zat yang
menyebabkan sediaan tersebut menjadi rusak. Misalnya timbul bau tengik, warna
berubah, menjadi lembek, pH nya berubah dan berbagai jenis kerusakan lainnya.
Salah
satu bahan pengawet yang paling sering digunakan dari dahulu sampai sekarang
terutama pada obat dan kosmetik yaitu metil paraben. Metil paraben disebut juga
metil para-hidroksi benzoate. Metil paraben dapat diperoleh secara alami dan
ditemukan di beberapa buah-buahan seperti blueberry. Namun metil paraben dapat
juga disintesis. Metil paraben sintetik telah digunakan sejak tahun 1924
terutama untuk kosmetik. Sebenarnya banyak terdapat jenis paraben yang lain,
yaitu etil paraben, propil paraben, dan butil paraben. Namun yang paling sering
digunakan adalah metil paraben. Metil paraben lebih sering digunakan karena zat
ini mudah larut dalam air sehingga mudah menyatu dengan bahan-bahan lain ketika
dalam pembuatannya. Metil paraben dinyatakan aman digunakan dalam batasan
tertentu oleh Food and Drug Administration US. Metil paraben dapat masuk ke
dalam tubuh karena diserap melalui kulit misalnya pada obat-obatan semi solid seperti
salep, dan krim. Selain itu metil paraben dapat juga diserap melalui saluran
pencernaan. Batasan penggunaan yang diperbolehkan adalah 10 mg per kilogram
berat badan untuk tiap harinya. Namun ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Meijo University di Jepang pada tahun 2008, yang menyebutkan bahwa kulit yang
diobati dengan produk yang mengandung metil paraben apabila terkena sinar
ultraviolet akan menjadi rusak.
Menurut Material
Safety Data Sheet dari metil paraben, zat ini dapat menyebabkan reaksi alergi
dan kemerahan pada kulit selama paparan jangka pendek. Sedangkan jika tertelan
sejumlah 0,03 % larutan dalam air , dapat menyebabkan keracunan akut dengan
gejala – gejala klinis seperti rasa kaku dan rasa sensasi dalam mulut serta
iritasi pada mukosa bagian dalam.
Berdasarkan sumber dari Journal of
Applied Toxicology, S. Ishiwatari dan beberapa rekannya telah melakukan
penelitian tentang efek metil paraben pada keratinosit kulit. Metode yang
dilakukan yaitu mengkultur keratinosit kulit pada media yang mengandung metal
paraben. Perubahan yang dianalisis antara lain kemampuan berkembang biak,
perubahan morfologi, dan ekspresi mRNA dan protein. Pada penelitian yang
dilakukan selama satu bulan itu, jika media diibaratkan sebagai kulit, maka
terjadi akumulasi metil paraben. Zat ini dapat terakumulasi karena ada sisa metil
paraben yang tidak termetabolisme. Metil paraben yang masih terdapat dalam
kulit ini dapat menurunkan kemampuan sel untuk berkembangbiak dan merubah
morfologinya.
Sejauh ini metil paraben masih
banyak digunakan sebagai pengawet pada sediaan farmasi khususnya obat dan
kosmetik. Selama penggunaannya tidak melebihi batas yang ditentukan maka masih
dianggap aman. Namun kita juga perlu waspada terhadap keracunan kronis yang dapat
terjadi karena paparan jangka panjang dari penggunaan metil paraben yang tidak
kita sadari.
Sumber :
Senin, 9 September, 2012
Ishiwatari,
S., dkk,
Effects of Methyl Paraben on Skin Keratinocytes,
Sony,
M.G., dkk, 2012, Evaluation
of the health aspects of methyl paraben: a review of the published
Senin, 9 September, 2012
Susan Budavari, 1989, The
Merck Index, 12th, Merck & Co, Inc, New York, p. 959.
0 komentar:
Posting Komentar