Sabtu, 10 Juli 2021

Unek-unek di Kala Pandemi, Yuk Indonesia Bisa Yuk !


Hai teman-teman,  berjumpa lagi kita lewat tulisan. Semoga teman-teman semua sehat selalu ya.

Kondisi di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kasus Covid 19 yang masih terus meningkat, kondisi rumah sakit yang penuh dengan pasien Covid, dan ekonomi masyarakat yang sedang susah.

Pandemi Covid 19 memang sudah setahun lebih masih ada di Indonesia. Namun, kasus yang terinfeksi masih naik turun, bahkan beberapa minggu terakhir ini kasus terinfeksi naik kembali dan kita harus PPKM lagi. Selain itu, kian hari juga masih ada saja berita-berita yang belum terbukti kebenarannya bahkan memang bukan berita benar (hoax). Terlebih lagi, media dan para influencer yang ikut menyebarkan berita tersebut juga terkadang masih ada yang belum mengerti mana berita benar dan mana yang tidak benar (note : untuk yang ini tidak semuanya ya). Masyarakat harus lebih cerdas lagi dalam menerima dan mencerna berita yang diperoleh. Beredarnya hoax di masyarakat ini dapat membuat kondisi semakin ricuh dan makin memperkeruh suasana. Padahal di masa pandemi ini, kesehatan mental juga menjadi hal utama agar tidak mempengaruhi kesehatan fisik.

Kali ini saya hanya ingin menyampaikan unek-unek saya yang tidak lain hanya ingin saling mengingatkan supaya pandemi ini bisa segara selesai dari Indonesia dan bumi kita tercinta. 😊

1. Disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan

Photo by Ivan Samkov from Pexels

Meskipun sudah 1 tahun pandemi melanda di Indonesia, terkadang tidak membuat kita semakin waspada, bahkan ada yang masih abai dan tidak percaya Covid. Heran saya. Penggunaan masker kadang masih terlihat formalitas. Jangan ditiru ya teman. Padahal saat ini penggunaan masker yang direkomendasikan, bahkan menurut saya wajib adalah menggunakan masker medis yang di-double dengan masker kain di atasnya untuk mendapatkan efektivitas yang lebih baik. Kalau mau pakai masker 1 saja bisa menggunakan masker KF94. Namun jika ingin lebih ekonomis, sebaiknya menggunaan masker medis yang di-double dengan masker kain saja. Yuk disiplin selalu dalam menerapkan protokol kesehatan, karena musuh yang kita perangi memang tidak kelihatan !

2.  Hati-hati dalam mencerna berita, jangan termakan hoax

Photo by Tracy Le Blanc from Pexels

Pada era digital saat ini, media sosial memang menjadi salah satu media efektif  dalam menyampaikan informasi dan berita. Namun terkadang, hal tersebut dapat mejadi boomerang tersendiri bagi masyarakat. Misalnya, beredar kabar bahwa produk obat, herbal, dan makanan A, B, C dapat digunakan untuk mencegah Covid 19. Hal yang paling menyedihkan lagi, terkadang informasi - informasi tersebut menyebar sangat cepat di grup-grup keluarga dan disebarkan lagi secara luas. Ada juga oknum-oknum yang memperkeruh suasana dengan menyebarkan rekaman atau statement dari seseorang yang tidak disampaikan secara utuh sehingga mengakibatkan isi berita menjadi berbeda. Beberapa informasi belum teruji kebenarannya, bahkan berita hoax. Tips dari saya jika mendapat informasi pesan berantai agar dicerna dahulu dengan baik, diresapi dengan logika. Jika ada hal yang aneh, sebaiknya tanyakan dahulu pada kawan, keluarga, atau rekan lain yang lebih memahami. Misalnya, jika berita tentang penyakit atau obat bisa tanya dahulu ke dokter, apoteker, atau tenaga dan ahli kesehatan lain. Pada era saat ini juga sudah banyak lho, akun media sosial public figure yang berasal dari profesi kesehatan. Bahkan banyak dari mereka yang memang sudah membuat konten rutin untuk melakukan edukasi kesehatan terutama terkait Covid 19 ini. Akun media sosial lembaga pemerintah juga sudah banyak dan sudah terbuka apabila ada masyarakat yang ingin menanyakan / melakukan klarifikasi terhadap suatu berita.

3.  Stop panic buying  

Photo by Markus Spiske from Pexels

Adanya berita hoax yang menyebar sangat cepat tadi dapat menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Masyarakat yang termakan berita hoax tadi akhirnya percaya dan langsung membeli produk-produk secara berlebihan yang sebenarnya tidak diperlukan. Hal yang paling menyedihkan lagi, bahkan obat keras yang harusnya diperoleh dengan resep dokter dapat dengan mudah diperoleh dari oknum-oknum tertentu. Fenomena panic buying berjamaah akan membuat barang tersebut menjadi langka dan dapat memunculkan permainan harga sehingga harga di pasaran melambung tinggi. Ayolah kawan, lebih bijak lagi dalam membeli barang. Jangan sampai kita dzalim dengan sahabat-sahabat kita yang lebih membutuhkan. Sungguh disayangkan jika ternyata ada yang lebih membutuhkan daripada kita, tetapi mereka tidak bisa mendapatkannya karena barang sudah diborong sehingga menjadi langka.

4. Vaksin-lah selagi sudah disediakan

Photo by Gustavo Fring from Pexels

Vaksin memang bukan untuk mencegah agar tidak terinfeksi virus. Namun dari hasil uji klinik yang telah dilakukan, vaksin terbukti dapat menurunkan resiko orang yang terinfeksi agar tidak sampai dirawat ke rumah sakit dan hanya mengalami gejala ringan. Saya juga mengamati bahwa beberapa rekan saya yang sudah divaksin hanya mengalami gejala ringan saat terinfeksi dan tidak sampai dirawat ke rumah sakit. Perlu diperhatikan juga ya, bukan berarti setelah divaksin bebas kemana-mana dan lepas masker. Bukan itu ya tujuannya. Selama virus masih ada, maka resiko terinfeksi bisa terjadi pada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Oleh karena itu penggunaan masker dan protokol kesehatan lainnya jangan sampai kendor ya. Apalagi vaksin ini disediakan pemerintah secara gratis dan sudah dievaluasi keamanannya oleh Badan POM untuk digunakan. Yuk, teman-teman tidak perlu ragu lagi ya untuk vaksinasi Covid 19.

5. Bantu sesama dan saling mengingatkan

Photo by Anna Shvets from Pexels

Masa pandemi ini memang menjadi masa-masa sulit. Banyak orang kehilangan pekerjaan, keuntungan penjualan berkurang, dan cobaan-cobaan lain yang melanda. Masyarakat Indonesia terkenal akan budaya gotong royongnya. Saya salut, sampai saat ini masih banyak yayasan, lembaga, bahkan influencer yang mau mengajak untuk donasi membantu sesama. Nah, mumpung banyak wadahnya yuk kita manfaatkan dengan baik. Jangan lupa juga untuk tetangga kita dan mungkin sahabat-sahabat kita yang sedang diuji. Rangkulan dari teman-teman, sekecil apapun pasti akan sangat berarti bagi mereka.

Berbicara pandemi memang sepertinya tidak cukup hanya 1 lembar di halaman ini. Banyak aspek yang harus kita perhatikan di masa pandemi ini. Bahkan gaya hidup dan kebiasaan kita pasti berubah. 

Buat teman-teman semua, jaga kesehatan selalu ya. Ayo kita saling mengingatkan satu sama lain supaya pandemi ini segera selesai dan Indonesia bisa bangkit lagi. Yuk Indonesia Bisa Yuk ! 😀💗

Minggu, 04 Juli 2021

Suplemen Kesehatan dan Obat, Apa Bedanya ?

Photo by ready made from Pexels

Hai teman, pernah ngga sih kalian konsumsi suplemen kesehatan dan obat-obatan, saat sakit misalnya ? Atau mungkin sering lihat iklan produk suplemen  dan obat-obatan di televisi ? Apalagi saat pandemi saat ini,  mungkin kita jadi lebih perhatian masalah penggunaan suplemen dan obat ya. 

Nah sebenernya suplemen kesehatan dan obat itu sama ngga sih ? Kalau misal nih kalian minum kapsul dari dokter saat sakit, nah itu yang diminum sebenarnya obat atau suplemen ya ? Hmm daripada bingung yuk langsung simak tulisan berikut ini.


Apa itu Suplemen Kesehatan?

Menurut penjelasan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan, Suplemen Kesehatan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara, meningkatkan dan/atau memperbaiki fungsi kesehatan, mempunyai nilai gizi dan/atau efek fisiologis, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino dan/atau bahan lain bukan tumbuhan yang dapat dikombinasi dengan tumbuhan.


Apa itu Obat ?

Menurut definisi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan, Obat adalah obat jadi termasuk Produk Biologi, yang merupakan bahan atau paduan bahan digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia. Sedangkan produk biologi yang termasuk ke definisi obat yaitu  produk yang mengandung bahan biologi yang berasal dari manusia, hewan atau mikroorganisme yang dibuat dengan cara konvensional, antara lain ekstraksi, fraksinasi, reproduksi, kultivasi, atau melalui metode bioteknologi, antara lain fermentasi, rekayasa genetika, kloning, termasuk tetapi tidak terbatas pada enzim, antibodi monoklonal, hormon, sel punca, terapi gen, vaksin, produk darah, produk rekombinan DNA, dan imunosera.


Apa bedanya Suplemen Kesehatan dan Obat ?

Hmmm kalo lihat definisinya pusing ya gaes panjang banget. Kalo lihat definisinya, jadi suplemen itu berbeda dengan obat ya. Hmm buat apa si harus tahu bedanya suplemen dan obat ? Toh kan sama-sama diminum masuk ke dalam tubuh ya kan ? Eits, ga bisa segampang dan sesederhana itu ternyata lho. Nah hal apa saja sih yang membedakan antara suplemen dan  obat ?

1. Bentuk sediaan
Fyi, bentuk sediaan farmasi itu ada bermacam-macam ya, misalnya tablet, kapsul, serbuk, sirup, suppositoria, injeksi, dan lain-lainnya. Nah ternyata khusus untuk suplemen, tidak semua bentuk sediaan boleh digunakan untuk suplemen, misalnya injeksi dan tetes mata. Contoh bentuk sediaan farmasi yang boleh digunakan untuk suplemen kesehatan diantaranya tablet, pil, kapsul, cairan oral, serbuk, granul. 

2. Kegunaan
Dilihat dari definisinya sudah cukup kelihatan ya. Suplemen hanya digunakan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi dan memelihara kesehatan. Sedangkan obat dapat digunakan untuk penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi, tergantung masing-masing fungsi bahan aktifnya. Contohnya nih, kamu sedang sakit, ternyata dokter meresepkan tablet paracetamol dan vitamin C 500 mg. Nah paracetamol itu termasuk ke obat, karena fungsinya memang untuk menyembuhkan yaitu menurunkan demam. Sedangkan tablet  Vitamin C dengan dosis 500 mg tadi termasuk suplemen ya, karena hanya digunakan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi saja. 

Oh, ya  perlu diketahui juga bahwa bahan-bahan dalam suplemen seperti vitamin dan mineral sebenarnya bisa diperoleh dari asupan makanan juga lho. Jadi mengkonsumsi suplemen apabila diperlukan saja dan secukupnya ya gaes, jangan berlebihan. Apalagi di masa pandemi saat ini, jangan sampai kita ikut-ikutan panic buying dengan membeli banyak sekali produk suplemen secara berlebihan. Kalaupun beli secukupnya saja ya, kan kasihan kalau sebenarnya ada teman-teman lain yang lebih membutuhkan daripada kita. Oke ?

3. Komposisi
Kita lihat lagi definisi, komposisi dari suplemen kesehatan secara umum merupakan bahan yang memiliki nilai gizi misalnya  vitamin, mineral, asam amino dan/atau bahan lain bukan tumbuhan yang dapat dikombinasi dengan tumbuhan. Sedangkan obat, bahan aktifnya merupakan senyawa yang memang memiliki efek farmakologis yang dapat memberikan khasiat tertentu untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit. 

4. Dosis
Dosis juga bisa membedakan antara suplemen dan obat, tapi tidak selalu ya gaes, tergantung bahan aktifnya. Contoh, produk kapsul mengandung Vitamin D3 400 IU termasuk ke dalam suplemen kesehatan, sedangkan Vitamin D3 5000 IU masuk ke kategori obat yang penggunaannya harus berdasarkan resep dokter. Lain halnya dengan amoxicillin, kalau ini memang sudah jelas bahan obat yang termasuk ke antibiotik. Jadi untuk dosis sebagai pembeda tidak berlaku untuk semua bahan ya, perlu dikonfirmasi lagi kepada ahlinya 😊.


Lalu bagaimana cara membedakannya ya ? Kita kan ngga ngerti istilah bentuk sediaan dan bahasa medis / bahasa farmasi ? Jangan khawatir gaes, ini dia tipsnya !

Cek Nomor Izin Edar dan Kemasannya
Cek kemasan produk obat atau suplemen kesehatan yang kamu dapatkan. Produk suplemen kesehatan dan obat yang sudah terdafar di Badan POM pasti memiliki nomor izin edar resmi. Nomor izin edar (NIE) ini juga tercantum di kemasan. 

Untuk produk suplemen kesehatan, kode NIE diawali dengan keterangan "POM" dan 2 huruf berupa SD, SL, atau SI yang diikuti dengan beberapa digit angka spesifik, contoh POM SD234567890. Selain itu, pada kemasan produk suplemen biasanya juga tercantum keterangan "SUPLEMEN KESEHATAN". Informasi di kemasan ini bisa menjadi penanda untuk produk yang kita beli. Oh ya untuk nomor izin edar, kita juga bisa cek langsung di website https://cekbpom.pom.go.id/, apakah memang benar NIE tersebut terdaftar untuk produk yang kita beli. 

Sedangkan untuk produk obat, kita bisa cek dari logo yang tercantum di kemasan. Secara umum ada 3 penggolongan obat yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras. Pada kemasan obat juga tercantum NIE masing-masing produk. Ini dia penggolongan obat dan contohnya.                                       
  

Bagaimana, mudah kan membedakannya ?

Jika teman-teman masih bingung bagaimana cara konsumsinya, tanyakan kembali kepada dokter, apoteker, atau tenaga kesehatan lain yang memahami. Pastikan juga teman-teman mendapatkan obat dan suplemen kesehatan dari sumber yang resmi ya. 

Sekian tips sehat dari saya kali ini. Sampai jumpa 😀.