Selamat pagi Sob ! Cerita kali ini mungkin agak sedikit
berbau sejarah, Islam, dan medis.Tulisan ini bersumber dari sebuah buku
berjudul “Avicenna” karya Aisha Kan. Hmmm penasaran kan ? Langsung kita simak
aja yuk !
Avicenna. Sebuah nama tokoh yang
sudah tidak asing lagi di dunia kedokteran. Beliau adalah Ibnu Sina. Ibnu Sina lahir di sebuah desa bernama Afshana, dekat Bukhara pada tahun 980 M. Ibnu Sina
merupakan anak dari Sitara dan Abdullah. Abdullah adalah seorang Gubernur
Kharmaithan. Ia sangat memperhatikan pendidikan dan masa depan putranya. Oleh
karena itu, lima tahun kemudian, Abdullah memindahkan keluarganya ke Bukhara
yang pada saat itu merupakan ibukota pemerintahan Dinasti Samaniyah dengan
harapan putranya kelak mendapat masa depan yang lebih baik.
Dalam buku “Avicenna” karya Aisha
Kan, diceritakan secara singkat bagaimana Ibnu Sina bisa menjadi seorang dokter
dan filsuf yang sangat mahir di bidangnya. Beliau sejak kecil mempelajari
berbagai macam hal mulai dari menghafal Al Qur’an, ilmu sains, ilmu kedokteran,
filsuf, hingga sastra. Keberhasilan Ibnu Sina tidak lepas dari dukungan ayah
beliau. Ayah Abdullah banyak mendatangkan para ahli untuk dapat memberikan
ilmunya dan berdiskusi dengan Ibnu Sina. Ibnu Sina juga banyak belajar dari
teori – teori yang sudah ada seperti Aristoteles, Plato, Rene Descartes, dan
sebagainya. Namun teori – teori ini tidak hanya ditelan mentah-mentah oleh
beliau. Beliau adalah orang yang kritis.
Pada zaman tersebut, kedokteran
muslim masih dipengaruhi tradisi Yunani. Ibnu Sina juga banyak mempelajari karya – karya Hippocrates dan Galenus, dokter
pribadi kaisar Romawi Marcus Aurelius. Atas kegigihannya, pada usia yang masih sangat muda, 15 tahun , Ibnu Sina sudah berpraktek menjadi dokter ! Beliau kerap
mendapat panggilan untuk mengobati orang sakit. Pada akhirnya beliau menjadi
dokter istana yang sering melayani Sultan Nuh Bin Manshur. Nama “Ibnu Sina”
semakin dikenal sebagai dokter yang handal.
Ilmu yang kita berikan kepada orang lain tidaklah menjadikan ilmu kita
semaikn berkurang. Begitu juga yang telah dilakukan Ibnu Sina. Selain
berpraktik, beliau juga menulis sebuah karya yang sangat bermanfaat di dunia
kedokteran, yaitu Kitab Al-Qanun atau Kanun Kedokteran atau biasa disebut juga
dengan The Canon of Medicine. Buku ini telah banyak diterjemahkan ke berbagai
bahasa, bahkan banyak digunakan sebagai referensi di dunia kedokteran Eropa.
Dalam karyanya, beliau menuliskan salah satunya terdapat lebih dari 700 nama
tanaman obat yang telah digunakan berabad-abad sebagai sumber pengobatan Wow. Selain
itu, Ibnu Sina juga mengajukan tujuh aturan untuk menguji obat yang ternyata
aturan tersebut sangat dekat sekali dengan aturan pengujian obat modern !
Ibnu Sina menjadi salah satu
ilmuwan muslim yang sangat menginspirasi dunia. Tentunya keberhasilan beliau
tidak didapatkan secara instan. Lika-liku perjuangan juga pernah beliau alami. Namun
seorang Ibnu Sina terus BERGERAK, BERGERAK, DAN BERGERAK.
Referensi :
Khan, Aisha, 2013, Avicenna
(Ibn Sina) : Muslim Physician and Philosopher of The Eleventh Century,
diterjemahkan oleh D.Anshar, Penerbit Muara, Jakarta.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus