Dua
bulan telah berlalu. Tak terasa ternyata waktu berjalan begitu cepat. Kali ini
saya ingin sedikit berbagi cerita dua bulan yang lalu tentang bagaimana menjadi
apoteker di komunitas, dalam hal ini Apotek. Yup. Apotek dan Apoteker.
Apotek
merupakan salah satu tempat yang bisa menjadi pilihan bagi para Apoteker yang
akan mengabdikan ilmunya. Bagi masyarakat umum mungkin banyak yang menganggap
bahwa Apotek sama dengan Toko Obat. Hmm Siapa bilang ? Menurut Kepmenkes No
1332/MENKES/SK/X/2002, “Apotik adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian
dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat”. Lalu apa perbedaanya dengan Toko Obat ? Berdasarkan sumber
peraturan yang penulis pernah baca, apoteker melakukan pelayanan sediaan
farmasi baik obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, narkotik dan
psikotropik. Sedangkan Toko obat berizin hanya boleh menjual obat bebas dan
obat bebas terbatas.
Nah,melihat
judul tulisan ini, ada dua istilah mirip, yaitu Apotek dan Apoteker. Lalu
bagaimana hubungan antara Apotek dan Apoteker ? Hmmm tenang saja , hubungan
mereka baik-baik saja kok J.
Apotek wajib memiliki APA (Apoteker Pengelola Apotek), yakni apoteker yang bertanggung jawab terhadap
pelayanan di Apotek baik manajerial terkait perbekalan farmasi (obat-obatan)
maupun terkait pelayanan kepada masyarakat. Apabila APA berhalangan untuk
praktek, maka harus ada Apoteker lain yang menggantikan , yaitu Apoteker
Pendamping (Aping). Selain Apoteker, ada
juga petugas lain yang ada di apotek seperti asisten apoteker, reseptir, kasir,
administrasi, dan bagian keamanan apabila dibutuhkan.
Selama
kurang lebih 1,5 bulan belajar bagaimana menjadi Apoteker di Apotek, ternyata
banyak ilmu yang didapat tidak hanya seputar pelayanan dan nama-nama obat :D.
Apa saja ya ?
1. Manajerial
Apoteker
dituntut untuk bisa menjadi manajer dimanapun ia mengabdi. Pekerjaan apoteker
itu sangat banyak. Oleh karena itu Apoteker harus bisa mengatur bagaimana agar
semua pekerjaannya bisa diselesaikan dengan baik, efisien, dan efektif. Sebagai
contoh, Apoteker harus dapat mengelola sumber daya manusia yang ada (dalam hal
ini petugas di Apotek), mengendalikan dan mengelola obat-obat yang ada di
Apotek agar tidak terjadi kekosongan obat dan meminimalkan obat hilang dan
kedaluwarsa. Yup, sebab jika hal tersebut terjadi maka apotek akan rugi
mengingat apotek bukan hanya sebagai unit pelayanan, tetapi juga sebagai unit
bisnis sehingga untung rugi tetap harus diperhitungkan.
2. Pelayanan
Kasus-kasus
pasien yang ada di apotek sangatlah bervariasi, mulai dari pasien yang hanya
membeli suplemen, obat pusing, flu, batuk, sampai pasien dengan penyakit yang
membutuhkan perhatian khusus. Begitu juga dengan jenis obat yang tersedia di
apotek. Mulai dari suplemen, obat keras, bahkan beberapa bahan medis habis
pakai tersedia di apotek. Pelayanan yang ada di apotek harus diatur dengan SOP
untuk meminimalkan kesalahan (zero
defect). Mulai dari penerimaan resep, skrinning resep, menghitung jumlah
dan harga obat yang diambil, pengambilan obat, peracikan , pemberian etiket,
dan penyerahan obat harus dilakukan secara teratur step by step.
3. Keuangan
Seperti
yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa apotek merupakan unit pelayanan dan unit
bisnis. Aliran uang yang ada di apotek harus terdokumentasi dengan baik. Tetapi
jangan terlalu takut, apotek sudah banyak menerapkan sistem informasi untuk
mengelola dan merekap keuangannya menggunakan software. Oleh karena itu jumlah
dan nilai barang yang keluar-masuk di apotek bisa lebih tertelusur.
Keuangan
juga berkaitan dengan kewajiban yang harus diberikan Apotek kepada negara,
yakni pajak. Apotek termasuk sebuah badan usaha, sehingga ia wajib membayar
pajak kepada negara. Untuk Apotek yang belum termasuk Pengusaha Kena Pajak
dengan omzet < 4,8 Milyar per tahun, maka apotek dikenakan pajak 1 % dari
omzet. Sedangkan bagi apotek yang sudah termasuk Pengusaha Kena Pajak, maka ada
perhitungan tersendiri untuk pajak yang harus dibayarkan. Nah aturan lengkapnya
bisa dilihat di UU perpajakan J
4. Keramahan
Nah,
pelajaran ini berkaitan dengan bagaimana cara kita bersosialisasi dengan orang
lain terutama pasien. Pasien yang datang pastinya akan lebih senang jika
disambut dengan wajah petugas yang riang dan tersenyum J. Masing-masing apotek juga
pastinya memiliki SOP yang tertulis bagaimana sikap dalam melayani pasien.
Sebagai contoh : “Petugas wajib menyapa dan memberikan senyum pepso*nt kepada
pasien / pengunjung yang datang” :D
5. Ketulusan
Bekerja
bukan melulu soal uang. Akan tetapi bekerja yang diniatkan secara tulus juga
menjadi ibadah bagi orang yang melakukannya.
Sebenarnya masih
banyak lagi hal yang didapat selama belajar mengabdi di Apotek. Meskipun
kehidupan di Apotek sangatlah dinamis
dan penuh rintangan namun Apoteker harus terus statis memegang teguh jabatan luhur kefarmasian. Satu kata untuk
Apoteker yang bekerja di Apotek : “Apotekeren !! (Apoteker Keren)” J
Waah sangat bermanfaat sekali terimakasih
BalasHapusSoftware Apotek Lengkap