Rabu, 30 Maret 2016

Apoteker di Apotek ? Keren !!

sumber gambar : eddystonepharmacy.com

                Dua bulan telah berlalu. Tak terasa ternyata waktu berjalan begitu cepat. Kali ini saya ingin sedikit berbagi cerita dua bulan yang lalu tentang bagaimana menjadi apoteker di komunitas, dalam hal ini Apotek. Yup.  Apotek dan Apoteker.
                Apotek merupakan salah satu tempat yang bisa menjadi pilihan bagi para Apoteker yang akan mengabdikan ilmunya. Bagi masyarakat umum mungkin banyak yang menganggap bahwa Apotek sama dengan Toko Obat. Hmm Siapa bilang ? Menurut Kepmenkes No 1332/MENKES/SK/X/2002, “Apotik adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat”. Lalu apa perbedaanya dengan Toko Obat ? Berdasarkan sumber peraturan yang penulis pernah baca, apoteker melakukan pelayanan sediaan farmasi baik obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, narkotik dan psikotropik. Sedangkan Toko obat berizin hanya boleh menjual obat bebas dan obat bebas terbatas.
Nah,melihat judul tulisan ini, ada dua istilah mirip, yaitu Apotek dan Apoteker. Lalu bagaimana hubungan antara Apotek dan Apoteker ? Hmmm tenang saja , hubungan mereka baik-baik saja kok J. Apotek wajib memiliki APA (Apoteker Pengelola Apotek), yakni  apoteker yang bertanggung jawab terhadap pelayanan di Apotek baik manajerial terkait perbekalan farmasi (obat-obatan) maupun terkait pelayanan kepada masyarakat. Apabila APA berhalangan untuk praktek, maka harus ada Apoteker lain yang menggantikan , yaitu Apoteker Pendamping (Aping).  Selain Apoteker, ada juga petugas lain yang ada di apotek seperti asisten apoteker, reseptir, kasir, administrasi, dan bagian keamanan apabila dibutuhkan.  
                Selama kurang lebih 1,5 bulan belajar bagaimana menjadi Apoteker di Apotek, ternyata banyak ilmu yang didapat tidak hanya seputar pelayanan dan nama-nama obat :D. Apa saja ya ?
1.       Manajerial
Apoteker dituntut untuk bisa menjadi manajer dimanapun ia mengabdi. Pekerjaan apoteker itu sangat banyak. Oleh karena itu Apoteker harus bisa mengatur bagaimana agar semua pekerjaannya bisa diselesaikan dengan baik, efisien, dan efektif. Sebagai contoh, Apoteker harus dapat mengelola sumber daya manusia yang ada (dalam hal ini petugas di Apotek), mengendalikan dan mengelola obat-obat yang ada di Apotek agar tidak terjadi kekosongan obat dan meminimalkan obat hilang dan kedaluwarsa. Yup, sebab jika hal tersebut terjadi maka apotek akan rugi mengingat apotek bukan hanya sebagai unit pelayanan, tetapi juga sebagai unit bisnis sehingga untung rugi tetap harus diperhitungkan.
2.       Pelayanan
Kasus-kasus pasien yang ada di apotek sangatlah bervariasi, mulai dari pasien yang hanya membeli suplemen, obat pusing, flu, batuk, sampai pasien dengan penyakit yang membutuhkan perhatian khusus. Begitu juga dengan jenis obat yang tersedia di apotek. Mulai dari suplemen, obat keras, bahkan beberapa bahan medis habis pakai tersedia di apotek. Pelayanan yang ada di apotek harus diatur dengan SOP untuk meminimalkan kesalahan (zero defect). Mulai dari penerimaan resep, skrinning resep, menghitung jumlah dan harga obat yang diambil, pengambilan obat, peracikan , pemberian etiket, dan penyerahan obat harus dilakukan secara teratur step by step.
3.       Keuangan
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa apotek merupakan unit pelayanan dan unit bisnis. Aliran uang yang ada di apotek harus terdokumentasi dengan baik. Tetapi jangan terlalu takut, apotek sudah banyak menerapkan sistem informasi untuk mengelola dan merekap keuangannya menggunakan software. Oleh karena itu jumlah dan nilai barang yang keluar-masuk di apotek bisa lebih tertelusur.
Keuangan juga berkaitan dengan kewajiban yang harus diberikan Apotek kepada negara, yakni pajak. Apotek termasuk sebuah badan usaha, sehingga ia wajib membayar pajak kepada negara. Untuk Apotek yang belum termasuk Pengusaha Kena Pajak dengan omzet < 4,8 Milyar per tahun, maka apotek dikenakan pajak 1 % dari omzet. Sedangkan bagi apotek yang sudah termasuk Pengusaha Kena Pajak, maka ada perhitungan tersendiri untuk pajak yang harus dibayarkan. Nah aturan lengkapnya bisa dilihat di UU perpajakan J
4.       Keramahan
Nah, pelajaran ini berkaitan dengan bagaimana cara kita bersosialisasi dengan orang lain terutama pasien. Pasien yang datang pastinya akan lebih senang jika disambut dengan wajah petugas yang riang dan tersenyum J. Masing-masing apotek juga pastinya memiliki SOP yang tertulis bagaimana sikap dalam melayani pasien. Sebagai contoh : “Petugas wajib menyapa dan memberikan senyum pepso*nt kepada pasien / pengunjung yang datang” :D
5.       Ketulusan
Bekerja bukan melulu soal uang. Akan tetapi bekerja yang diniatkan secara tulus juga menjadi ibadah bagi orang yang melakukannya.


       Sebenarnya masih banyak lagi hal yang didapat selama belajar mengabdi di Apotek. Meskipun kehidupan di Apotek sangatlah dinamis dan penuh rintangan namun Apoteker harus terus statis memegang teguh jabatan luhur kefarmasian. Satu kata untuk Apoteker yang bekerja di Apotek : “Apotekeren !! (Apoteker Keren)”  J

1 komentar: