Senin, 22 Juni 2020

Interaksi Obat dan Nutrisi (Drug-Nutrition Interactions), Apa dan Bagaimana ?

Halo teman semuanya. Bagaimana kabarnya ? Semoga sehat selalu ya !

Beberapa bulan terakhir ini seluruh dunia masih belum terbebas dari Covid19. Adanya pandemi Covid19 ini sangat merugikan baik dari segi kesehatan, ekonomi, keamanan, dan aspek kehidupan lainnya. Namun Covid19 justru membuat setiap orang semakin aware dengan pola hidup bersih dan sehat. Hidup sehat termasuk dengan mengkonsumsi makanan bergizi, membersihkan badan secara teratur dengan benar, dan selalu menjaga kebersihan lingkungan. Bahkan tidak jarang, selain mengkonsumsi makanan bergizi, teman-teman juga mungkin mengkonsumsi suplemen kesehatan atau herbal tertentu.


(sumber gambar : https://www.pexels.com)

Nah, pernah membayangkan ngga sih kalau teman-teman suka mengkonsumsi suplemen atau herbal tertentu, kemudian ternyata juga diharuskan untuk mengkonsumsi obat yang diresepkan dokter ? Hmm kira-kira aman ngga ya kalau semua dikonsumsi dalam waktu bersamaan ? 

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kali ini aku akan sharing sedikit mengenai apa itu DNI atau Drug-Nutrition Interactions. Informasi ini aku dapat dari tulisan berikut (Link artikel)

Bagaimana suatu interaksi antara obat dan nutrisi bisa terjadi ? Terjadinya DNI bisa melalui beberapa mekanisme berikut :
1. Pharmaceutical
Interaksi di tahap ini dapat terjadi karena reaksi antara obat dan nutrisi di gastric atau saluran pencernaan yang dapat dipengaruhi oleh sifat fisikokimia masing-masing zat, misalnya kelarutannya dan reaksi kimia dari gugus yang aktif.
2. Pharmacokinetics
Interaksi melalui mekanisme ini dapat mempengaruhi profil farmakokonetika suatu obat. Farmakokonetika meliputi tahap absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Pada obat-obat yang memiliki indeks terapi sempit (misalnya digoxin), penggunaan suplemen atau herbal lainnya perlu diperhatikan apakah dapat mempengaruhi profil farmakokinetikanya. Jika profil absorpsinya meningkat karena interaksi dengan nutrisi, herbal, atau supplemen tertentu maka dapat meningkatkan toksisitas obat tersebut. Wah, bahaya, kan ?
3. Pharmacodinamics
Pada mekanisme ini, nutrisi dapat mempengaruhi bagaimana obat beraksi di target jaringan atau berikatan dengan reseptornya.

Lalu apa saja tipe-tipe DNI yang dapat terjadi ?
(Luiten et al., 2017)

Secara garis besar Drug-Nutrition Interactions dapat dibagi menjadi 5 kelas yaitu :
1. Efek status nutrisi terhadap aktivitas obat
Uji klinis obat yang akan diregistrasi biasanya dilakukan pada manusia normal. Namun penggunaan pada pasien dengan berat badan berbeda misalnya obesitas atau kondisi nutrisi tertentu maka perlu dilakukan penyesuaian. Pada pasien yang mengalami obesitas, maka berat badan akan lebih besar dari pasien pada umumnya. Volume cairan tubuh dan jumlah jaringan adipose juga pasti akan berbeda. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja suatu obat. Oleh karena itu pada pasien dengan status nutrisi tertentu maka perlu dilakukan penyesuaian dosis.

2. Efek makanan atau komponen makanan terhadap aktivitas obat
Ini sangat mungkin terjadi. Beberapa obat ada yang harus diminum sebelum makan, sesudah makan, atau bersama dengan makanan. Tujuannya adalah agar aktivitas obat sesuai dengan yang diharapkan. Ada juga penggunaan makanan tertentu yang dapat mempengaruhi aktivitas obat misalnya grapefruit juice dapat menghambat enzim sitokrom P450 CYP3A4 di liver yang dapat menyebabkan kadar plasma dari beberapa obat meningkat. 😱

3. Efek bahan bernutrisi (misalnya dari suplemen) terhadap aktivitas obat
Interaksi ini sangat mudah terjadi dan perlu diperhatikan. Apalagi produk suplemen kesehatan merupakan produk dengan jumlah nutrisi yang sudah terkonsentrasi. Misalnya penggunaan suplemen mengandung Kalium dapat mengakibatkan kondisi hyperkalemia pada pasien yang mengkonsumsi obat diuretik hemat kalium. Meskipun demikian , interaksi yang terjadi bisa memberikan efek positif maupun efek negatif tergantung pada masing-masing zat yang berinteraksi.

4. Efek obat terhadap status nutrisi

5. Efek obat terhadap status mikronutrisi
Pada interaksi ini, penggunaan obat dapat mempengaruhi status mikronutrisi seseorang. Misalnya penggunaan isoniazid pada pasien tuberculosis dapat mengakibatkan defisiensi Vitamin B6. Sehingga dokter biasanya meresepkan Vitamin B6 pada pasien yang diberi obat ini.

Nah dari penjelasan di atas, apakah sudah cukup gambaran mengenai DNI ? Potensi terjadinya interaksi antara obat, suplemen, dan makanan sangat mungkin terjadi. Apalagi jika pasien mendapat resep beberapa jenis obat dan pasien juga mengkonsumsi suplemen atau herbal yang dapat diperoleh tanpa resep.

Jadi, konsumsi suplemen kesehatan atau herbal tertentu diperbolehkan asalkan digunakan sesuai aturan pakai dan tujuan penggunaanya. Selain itu, perlu juga memperhatikan informasi-informasi yang tercantum pada label, misalnya tentang efek sampingnya dan interaksi dengan obat tertentu. Selain itu, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada Dokter atau Apoteker ya !😃

Referensi :
Luiten  et al., 2017, Drug-Nutrition Interactions in Older People : Chapter 10, Food for the Aging Population, Elsevier, 203-222

Sabtu, 20 Juni 2020

Desain Penelitian Analitik di Bidang Kesehatan

Setiap mendengar istilah penelitian, riset, atau research pasti terkesan rumit dan serius ya ? Eits, tapi ini penting lho, apalagi di era yang serba instan dan segala informasi semakin mudah diakses. Saat ini informasi mudah dibagikan melalui media sosial, namun terkadang  beberapa informasi tidak benar, tidak lengkap, tidak akurat dan masih perlu diklarifikasi keabsahannya. Jadi kita sebagai netizen harus semakin cerdas ya dalam memilih dan mencerna setiap informasi. Bahkan meskipun ada yang membagikan informasi berupa jurnal atau hasil penelitian, kita tetap harus hati-hati dalam mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang kita baca. Okay ?

Nah, berbicara mengenai penelitian, kali ini aku akan sharing sedikit mengenai beberapa desain penelitian analitik di bidang kesehatan. Check it out !

Secara umum, jenis penelitian dibagi menjadi 2 yaitu penelitian deskriptif dan penelitian analitik. Pada pembahasan kali ini, aku akan fokus mengenai penelitian analitik yang banyak digunakan di bidang kesehatan. Penelitian analitik dipilih untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti. Nah, penelitian analitik dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu penelitian eksperimental dan observational. Lanjut ya..
  1. Penelitian Eksperimental
Pada studi eksperimental, peneliti melakukan intervensi langsung kepada pasien atau subyek uji, dan mengamati langsung outcome atau hasil yang didapatkan. Untuk penelitian pada manusia (uji klinik), maka harus mendapat persetujuan dari komisi etik. Penelitian eksperimental ini banyak digunakan di bidang kesehatan dan kefarmasian untuk meneliti efek penggunaan obat-obatan baik secara in vitro, pada hewan uji maupun pada manusia. Uji klinik atau uji eksperimental yang dilakukan pada subyek manusia merupakan salah satu tahapan yang harus dilewati dalam proses pengembangan obat. Penelitian eksperimental dapat dibagi lagi menjadi 2 macam yaitu :

a. Randomized Controlled Trials
Pada penelitian ini dilakukan sistem randomisasi untuk menentukan pembagian sampel pada masing-masing kelompok. Kelompok yang dimaksud adalah kelompok uji yang diberi perlakuan zat uji dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Randomized Controlled Trials juga sering disebut dengan RCT, jadi jangan bingung ya kalau di jurnal atau hasil penelitian banyak menggunakan istilah singkatan (RCT).

b. Non Randomized Controlled Trials
Beberapa sumber menyebutkan bahwa kategori ini merupakan  penelitian eksperimental kuasi. Pada penelitian ini tidak ada sistem randomisasi untuk menentukan sampel mana yang masuk ke kelompok kontrol dan kelompok uji.

Poin penting lainnya pada penelitian eksperimental yaitu blinding. Blinding ini penting untuk dilakukan agar tidak ada subjektifitas dari sisi peneliti maupun sisi pasien. Misalnya jika pasien mengetahui obat yang dia dapatkan adalah obat yang mengandung zat uji maka bisa jadi mempengaruhi tingkat kepatuhannya. Oleh karena itu, dengan blinding maka diharapkan hasil yang terukur tetap objektif. Blinding bisa dilakukan secara single blind maupun double blind. Pada single blind, pasien atau subyek uji tidak akan mengetahui obat yang dia makan apakah obat yang diuji atau hanya plasebo. Sedangkan pada double blind, maka blinding dilakukan untuk kedua pihak baik peneliti maupun subyek uji.

     2.  Penelitian Observational
Pada penelitian observational ini, peneliti hanya melakukan pengamatan dari suatu kejadian dan tidak melakukan intervensi secara langsung ke subyek uji. Contoh penelitian observational yaitu dilakukan pengamatan apakah merokok merupakan faktor resiko untuk timbulnya suatu penyakit. Pada penelitian ini nantinya akan diamati subyek uji/orang yang merokok dan tidak merokok dan diamati bagaimana pengaruhnya terhadap timbulnya suatu penyakit. Penelitian observational yang sering digunakan ada 3 macam yaitu :
a. Cohort
b. Case control
c. Cross sectional
Untuk penelitian observational tidak aku bahas di sini secara detail ya karena sepertinya membutuhkan part tersendiri. Semoga next kita bahas lebih lanjut ya.😀

Nah, sampai di sini, sudah ada gambaran kan mengenai penelitian analitik di bidang kesehatan ? Oiya jika teman-teman ingin tahu lebih detail bisa dicek di buku dan beberapa link youtube yang aku tulis di kolom referensi ya. Sebenarnya juga banyak kok referensi-referensi lainnya. 

Untuk penjelasan tentang penelitian observational akan kita bahas di postingan berikutnya ya 😉.
Stay tune, keep reading, keep writing, keep sharing !

Referensi :
Buchari, Lapau dan Birwin, Alib. 2017. Prinsip & Metode Epidemiologi. Depok : Kencana 

Senin, 01 Juni 2020

Berpetualang di Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken


                 (Sumber gambar : ipusnas)

Hi teman-teman !
Kembali lagi di blog aku. Kali ini aku mau share tentang sebuah buku dari Jostein Gaarder. Hmm pernah denger kan siapa beliau ? Beliau adalah seorang penulis Norwegia yang banyak merilis novel-novel inspiratif. Pernah denger kan novel yang berjudul Dunia Anna dan Dunia Shopie ? Yup itu adalah beberapa novel best seller dari Jostein Gaarder.

Namun kali ini ada karya lain dari Jostein Gaarder yang tak kalah menarik. Judulnya adalah Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken. Cerita ini berawal dari 2 orang saudara sepupu yaitu Berit dan Nils yang suka berkirim kabar dan bercerita satu sama lain lewat sebuah buku surat. Hmm menarik ya. Lalu apa hubungannya dengan Bibbi Bokken ? Pada novel ini diceritakan pula seorang bibliograf atau pustakawan wanita paruh baya yang misterius. Namanya adalah Bibbi Bokken. Hari-hari yang dialami Nils dan Berit semakin misterius dan banyak hal-hal kebetulan yang terjadi, terutama yang berhubungan dengan Bibbi Bokken. Nah penasaran kan gimana cerita petualangan Nils dan Berit ini ? Langsung aja ya baca bukunya. Seperti biasa, aku baca novel ini dalam bentuk digital ya. Teman-teman bisa meminjamnya lewat aplikasi ipusnas yang pernah aku share di tulisan sebelumnya. Sekian dan selamat membaca ! Sampai jumpa di review buku selanjutnya 😀