When Traveling Gone Wrong
Perjuangan Menuju Kebun Strawberry
Perjuangan Menuju Kebun Strawberry
Ketika
liburan semester di tahun 2012 yang lalu, saya bersama dengan sahabat – sahabat
saya pergi berlibur ke kebun strawberry di daerah Purbalingga. Kami berangkat
pagi hari karena perjalanan cukup jauh, lebih dari satu jam. Saya mengendarai
sepeda motor di depan sedangkan saudara
saya membonceng saya di belakang. Ketika perjalanan menuju kebun strawberry saya
sengaja berada di depan karena memang medan dan kondisi jalannya cukup sulit. Sebelumnya
kami sempat akan tersesat karena di antara kami hanya satu orang yang pernah
pergi ke kebun strawberry dan itupun
teman saya tidak begitu hafal jalannya. Akhirnya kamipun sering bertanya
kepada penduduk setempat dimana arah menuju kebun strawberry.
Di perjalanan saya mulai merasa lelah sebab sudah lebih
dari satu jam perjalanan tapi belum sampai juga di perkebunan. Kondisi jalan
yang sempit, menanjak, berkelok, tak sedikit yang berlubang menjadikan saya
harus konsentrasi penuh dalam berkendara. Apalagi saya diboncengi oleh saudara
saya sehingga beban perjalanan bertambah. Namun ketika mendekati daerah
perkebuanan suasananya cukup menyegarkan mata. Di sebelah kiri jalan terlihat
banyak hamparan sawah, ladang, dan kebun. Sedangkan di sebelah kiri jalan sudah
jelas terlihat dari jauh betapa indahnya puncak Gunung Slamet. Udara pun mulai
terasa lebih sejuk. Untungnya saya tidak lupa memakai jaket tebal dan sarung
tangan dari awal perjalanan.
Saya pun berusaha terus mengendalikan gas, rem, dan gigi
agar sepeda motor yang saya naiki tetap dapat melaju dan menanjak sepanjang
jalan. Lama kelamaan jalan semakin ekstrim karena berbelok dan menanjak
sekaligus. Tiba-tiba motor saya berbunyi “riiiiiiiiiiiiiiiiiiinggggggg”
sepanjang jalan. Saya awalnya menduga bahwa ada benda kecil seperti plastik yang
menyumbat bagian antara roda dan penutupnya. Saudara saya yang membonceng saya
juga mendengar suara itu. Akhirnya kami berhenti sejenak dan memastikan apakah
dugaan kami benar. Teman kami yang lain pun ikut berhenti menunggu kami. Karena
tidak dapat menemukan apapun akhirnya kami melanjutkan perjalanan lagi. Namun
suara itu muncull lagi dari bagian bawah motor saya. Saya dan saudara saya
mulai khawatir jika terjadi sesuatu pada motor itu. Sepeda motor itu sebenarnya
sepeda motor yang biasa dipakai bapak saya untuk kerja. Saya memakai sepeda
motor itu karena sepeda motor yang biasa saya pakai ditinggal di Jogja untuk transportasi
saya selama kuliah. Suara aneh itu terus muncul selama perjalanan, bahkan teman
saya yang menyalip saya pun bisa mendengar suara itu. Untungnya suara itu lama
kelamaan hilang dengan sendirinya. Entahlah, saya juga masih tidak mengerti apa
yang terjadi pada motor itu.
Setelah masalah suara selesai kami menemui masalah lagi
di jalan. Motor yang saya kendarai tidak bisa menanjak walaupun saya sudah
menggunakan gigi 1. Akhirnya terpaksa saudara saya harus turun untuk
berjalankaki. Sedangkan saya mengendarai motor sendiri untuk sementara dan
menunggu di atas. Sayangnya kejadian ini terulang lagi 2 kali. Saya merasa
kasihan pada saudara saya. Untungnya kondisi jalan selanjutnya tidak seekstrim
seperti awal. Akhirnya kami sampai juga di daerah kebun strawberry. Ternyata
banyak usaha agrowisata strawberry yang didirikan oleh masyarakat Purbalingga
ini. Pengunjung dapat memilih kebun yang ingin mereka kunjungi. Kami pun dapat
berkeliling kebun sambil memetik dan memakan buah strawberry. Namun sayangnya
pengunjung tidak diperbolehkan membawa pulang strawberry dari kebun untuk
oleh-oleh. Buah strawberry yang akan dibawa pulang untuk oleh-oleh harus kita
beli di depan (bagian resepsionis). Meskipun begitu saya merasa puas berlibur
ke kebun strawberry di Purbalingga. Pelajaran bagi saya, lain kali saya harus
mengecek kondisi kendaraan ketika akan bepergian jauh dengan medan yang cukup
sulit agar kejadian ini tak terulang lagi J.
0 komentar:
Posting Komentar