Selasa, 29 Desember 2015

Beberapa Informasi yang Wajib Diterima Pasien dalam Swamedikasi


sumber gambar : srxawordonhealth.com

Istilah swamedikasi sudah lama populer di kalangan masyarakat. Singkatnya, swamedikasi adalah sebuah usaha untuk melakukan pengobatan sendiri oleh pasien. Namun yang perlu menjadi catatan tidak semua jenis obat dan penyakit boleh dilakukan swamedikasi. Obat yang boleh digunakan hanyalah obat bebas (logo hijau), obat bebas terbatas (logo biru), dan hanya beberapa obat wajib apotek. Nah karena pasien tidak mendapat resep dokter, maka peran apoteker di sini sangat penting sebagai mitra pasien melakukan swamedikasi. Swamedikasi pun ada batasnya, apakah memang penyakit tersebut bisa diatasi dengan swamedikasi atau harus diperiksakan lebih lanjut ke dokter. 

Beberapa Informasi yang Wajib Diterima Pasien dalam Swamedikasi

1. Nama obat dan kekuatan dosis
Nama obat dan kekuatan dosis nya menjadi hal penting yang wajib disampaikan oleh apoteker. Mengapa ? Sebab ada banyak obat yang memiliki kekuatan dosis yang berbeda, misalnya 100 mg, 250 mg, 500 mg dan sebagainya. Sebagai contoh, aspirin dosis rendah bukan digunakan sebagai antiinflamasi tetapi lebih digunakan sebagai antiplatelet. Nama obat juga menjadi hal penting. Beberapa obat memiliki nama yang sama misalnya chlorpromazide dan  chlorpropamid, nama dagang lasix dan losec memiliki khasiat yang berbeda masing-masing.

2. Khasiat obat
Anda bisa saja menerima obat lebih dari satu macam. Dengan memberi informasi mengenai khasiat obat, maka Anda akan lebih mengenal sendiri obat sesuai tujuan terapinya. Mengingat obat bisa jadi hanya berfungsi sebagai simptomatis (menghilangkan gejala).

3. Kontraindikasi
Beberapa obat tidak boleh diberikan kepada pasien atau orang dengan kondisi tertentu, misalnya pasien diabetes, wanita hamil dan menyusui, pasien gangguaan ginjal, dan sebagainya. Oleh karena itu pastikan bahwa Apoteker Anda sudah mengkonfirmasi kondisi kesehatan Anda apakah ada kontraindikasi jika mengkonsumsi obat tersebut

4. Efek samping dan cara mengatasi
Efek samping merupakan suatu efek yang tidak diinginkan dari penggunaan obat dan timbul pada rentang dosis untuk terapi /pengobatan. Namun sebenarnya tidak semua efek samping akan dialami oleh pasien. Efek samping ringan yang muncul bisa berupa pusing, mual, muntah, mengantuk, batuk, dan sebagainya. Namun jika efek samping yang timbul dirasa mengganggu maka sebaiknya hentikan pengobatan dan segeralah berkonsultasi lagi ke Apoteker atau Dokter. Dengan berkonsultasi, maka Apoteker atau Dokter akan memberikan rekomendasi lebih baik misalnya melakukan pengggantian obat. 

5. Cara pemakaian
Banyak obat yang memiliki bentuk sediaan khusus. Misalnya bentuk suspensi harus digojog dahulu sebelum digunakan agar semua dosis merata di setiap pemakaian. Bentuk sediaan inhaler, suppositoria, enema ,dan beberapa bentuk lainnya memerlukan teknik khusus. Oleh karena itu tidak masalah jika Anda minta diberikan contoh demonstrasi cara pemakaian obat tersebut.

6. Dosis dan Waktu pemakaian
Tidak semua obat diminum 3 kali sehari. Banyak juga obat yang diminum 1 kali sehari, 2 kali sehari,bahkan mungkin bisa sampai 4-6 kali sehari. Contohnya parasetamol yang biasa digunakan sebagai penurun panas, masih bisa digunakan 4-6 kali sehari untuk pasien dewasa jika memang dosis 3 kali sehari belum mencukupi. Waktu pemakaian pun perlu diperhatikan. Contohnya lagi parasetamol bisa diminum sebelum atau sesudah makan, asam mefenamat sesudah makan, antasida sebelum makan, dan masih banyak contoh lainnya. Waktu pemakaian yang berbeda ini pun ada tujuannya, yaitu agar obat dapat terserap dan bekerja secara optimal.

7. Lama penggunaan
Swamedikasi memiliki batas waktu. Tidak selamanya obat tersebut bisa digunakan dalam swamedikasi. Sebagai contoh penyakit flu dan batuk dapat sembuh dengan swamedikasi dalam waktu sekitar 3-5 hari. Jika tidak kunjung sembuh maka sebaiknya Anda perlu berkonsultasi lebih lanjut ke dokter. 

8. Interaksi obat dengan makanan, minuman, atau obat lain
Beberapa obat akan tergangggu aktivitasnya dengan makanan, minuman, dan obat lain. Penggunaan antasida bersama obat lain harus diberi jeda kurang lebih 1 jam. Sebab antasida dapat mengganggu absorpsi obat-obat lainnya. Contoh lain pada swamedikasi diare, pasien sebaiknya menghindari makanan berasal dari susu, gula, dan sereal-sereal karena makanan-makanan ini justru dapat merangsang pengeluaran feses.

9. Bagaimana jika lupa menggunakan obat
Jangan malu untuk menanyakan hal ini pada Apoteker Anda. Biasanya ketika Anda baru mendapat obat tidak terpikirkan akan lupa menggunakan obat. Sebaiknya konsultasikan juga hal ini kepada Apoteker Anda.

10. Cara penyimpanan obat yang baik
Obat harus disimpan di tempat yang sejuk, kering, terhindar dari cahaya, dan dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Obat-obat yang disimpan di tempat ini contohnya yaitu tablet, kapsul, sirup, suspensi, emulsi, obat-obat antiseptik, dan sebagainya. Tapi ada pula obat yang perlu disimpan di lemari pendingin. Suppositoria, insulin disimpan pada suhu kurang lebih 4 derajat Celcius.

11. Bagaimana mengetahui obat kedaluwarsa atau rusak ?
Masa kedaluwarsa obat dapat dicek pada kemasan. Pastikan ketika menerima obat, obat berada dalam kondisi baik dan belum kedaluwarsa. Obat yang rusak juga bisa dilihat dari wujudnya setelah lama digunakan apakah berubah warna, rasa, bau, tekstur, dan kondisi fisik lainnya. Jika terdapat tanda-tanda kerusakan obat yang telah dijelaskan Apoteker, sebaiknya jangan menggunakan obat tersebut.



Jadi, swamedikasi bukan berarti berobat bebas sebebas bebasnya ya :)

Referensi
Anonim, 2007, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI, Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar